Definisi tradisional income atau profit oleh akuntan adalah surplus yang dihasilkan dari akitifitas bisnis, hasil dari siklus cash-to cash operasi bisnis, dengan membandingkan pemasukan dengan pengeluran dalam periode tertentu (bisaanya setahun) yang disebut juga dengan tahun financial. Income tersebut ditentukan ex-post setelah kejadian. Proses tersebut menyebabkan agregasi biaya tidak teralokasi harus diperhitungkan (dalam neraca) pada akhir periode akuntansi, biaya tidak teralokasi ini ( asset non moneter) bersama dengan entitas sumber moneter setelah dikurangi kewajiban menghasilkan nilai sisa yang disebut dengan accounting capital atau residual equity. Oleh karena itu laba akuntansi menghasilkan korespondensi ukuran modal dan analisanya sebagai perubahan sementara modal, definisi yang sesuai tentang akuntansi income menjadi tidak jelas dan dapat berarti banyak. Maka pertanyaanya adalah:
Apakah income termasuk pendapatan insidental yang bukan aktifitas utama organisasi e.g menjual aktiva tetap?
Apakah income termasuk pendapatan yang muncul tidak tentu (non-maintainable earnings / quality of earnings). Hal ini berimplikasi pada harga saham di pasar. Apakah income termasuk penahanan keuntungan tidak terealisasi yang muncul dari peningkatan dalam nilai asset?
FASB (1980) contohnya menawarkan istilah “comprehensive income “ yang memasukkan semua perbahan dalam modal kecuali segala sesuatu yang dihasilkan dari investasi dan distribusi oleh pemilik. Menurut Belkaoui (1992, p 204), hal ini lebih inklusif dibanding dengan konsep pendapatan akuntansi tradisional. Sepertinya hal ini juga memasukkan penerimaan hutang pada pendapatan, sebagai kreditur jangka panjang bukan pemilik bisnis meski hal ini tidaklah benar.