Pemerintah rupanya benar-benar mengakomodasi pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia dan mendorong pengembangannya hingga sejajar dengan standar internasional. Hal ini terlihat dari aktifnya Indonesia dalam berbagai forum internasional seperti Dewan Direktur Pasar Keuangan Syariah Internasional.
Awal pekan lalu, Senin (13/12) Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan ke-23 Dewan Direktur Pasar Keuangan Syariah Internasional (International Islamic Financial Market Board of Director Meeting). Menurut Deputi Gubernur Bank Indonesia, Halim Alamsyah, pertemuan tersebut dapat menjadi momentum untuk meningkatkan perkembangan bank syariah di level internasional.
“Pertemuan ini menjadi salah satu momentum menjaga dan meningkatkan perkembangan bank syariah guna memenuhi kebutuhan hedging and liquidity management di sektor keuangan dan perdagangan internasional,” ujar Halim.
Selain membahas beberapa agenda, dalam pertemuan itu juga diselenggarakan seminar dengan tema sukuk, Hedging and Liquidity Management in Islamic Finance. Tentu saja, agenda penting ini diharapkan dapat berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan standardisasi keuangan syariah, seperti produk, dokumentasi, dan proses yang terkait pasar keuangan syariah. Tak hanya menjadi tuan rumah, Indonesia lewat Bank Indonesia juga duduk sebagai anggota dewan direktur serta pendiri IIFM.
IIFM berpusat di Bahrain dan beranggotakan lebih dari 50 institusi keuangan dan bank sentral dari seluruh dunia. Sebanyak 15 institusi duduk sebagai dewan direktur IIFM, yaitu Dubai International Financial Centre (DIFC), Bank Indonesia, Central Bank of Sudan, Central Bank of Bahrain, Islamic Development Bank (IDB), State Bank of Pakistan, Ministry of Finance-Brunei Darussalam, Labuan Financial Services Authority-Malaysia, Kuwait Finance House, Bank Islam Malaysia Berhad, ABC Islamic Bank, Credit Agricole and Investment Bank, Standard Chartered Bank, National Bank of Kuwait, dan European Islamic Investment Bank.
Sumber : IBnews Eramuslim