Bank Syariah Mandiri atau BSM terus berusaha memperkuat struktur dana murah dibandingkan dana mahal. Per September 2010, struktur DPK bank ini terdiri atas dana murah (giro dan tabungan) Rp 11,75 triliun (47,8 persen) dan deposito sebesar Rp 12,82 triliun (52,20 persen).
Dari sisi pembiayaan, BSM tetap menyalurkan pembiayaan dengan mengedepankan unsur kehati-hatian. Pembiayaan yang disalurkan BSM semula Rp 14,86 triliun pada akhir September 2009. Nilai ini mengalami kenaikan 43,59 persen menjadi Rp 21,33 triliun pada akhir September 2010.
Berdasarkan keterangan tertulir yang dikirim ke Republika, BSM juga berhasil menekan pembiayaan nonlancar (nonperforming finance atau NPF). Hingga kuartal III 2010, NPF net tercatat sebesar 1,45 persen.
BSM juga memperkuat pencadangan dengan mengalokasikan penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) sebagaimana ditentukan oleh Bank Indonesia (BI). PPAP (termasuk pembiayaan) yang telah dibentuk pada September 2010 sebesar 130,75 persen. Sedangkan, PPAP (termasuk pembiayaan) pada periode sebelumnya (September 2009) sebesar 114,28 persen.
Hingga September 2010, BSM menguasai pangsa pasar paling besar di industri perbankan syariah, baik untuk aset (33,62 persen), DPK (38,86 persen), dan pembiayaan (35,16 persen). Permodalan BSM pun makin kuat dengan peningkatan nilai ekuitas. Ekuitas BSM semula Rp 1,51 triliun pada September 2009, naik 27,15 persen menjadi Rp 1,92 triliun pada akhir September 2010.
Sementara dari sisi jaringan, BSM terus membuka outlet baru di seluruh wilayah Indonesia. Hingga pekan kedua November 2010, outlet BSM telah mencapai 485 dengan perincian 103 kantor cabang (KC), 217 kantor cabang pembantu (KCP), 33 kantor kas (KK), 52 konter layanan syariah (KLS), 53 payment point, 13 kas keliling (mobile cash), dan 14 gerai online.
Lembaga pemeringkat Fitch Rating terus menaikkan rating utang jangka panjang BSM. Mulai 2007, rating utang jangka panjang BSM A+ dan pada 2009 rating utang jangka panjang BSM naik menjadi AA-.
Sepanjang 2010, BSM meraih sekurangnya 14 penghargaan dari sejumlah lembaga. Bahkan November lalu, Yuslam meraih penghargaan sebagai ‘the Best CEO’ oleh majalah SWA bersama Synovate dan Dunamis. Ia terpilih di antara 27 kandidat lainnya.
Sumber : Republika